Minggu, 13 Maret 2011

Megahnya Stadion Sarang Burung


Sebagai rujukan menimba ilmu jelang digelarnya SEA Games 2011 di Sumsel, saya bersama sejumlah rekan pers Palembang, pekan lalu secara khusus mendapat kesempatan langka menyambangi komplek Stadion Nasional Beijing, tempat opening dan closing Olympiade 2008 digelar.
Stadion megah yang dipagari deretan hotel mewah dan taman bunga dan pohon gundul akibat baru melalui musim dingin tersebut, terbilang unik. Bagaimana tidak, bentuknya menyerupai sarang burung walet. Panel-panel baja tampak tersusun rapi, membentuk sarang burung walet raksasa.
Sehingga adalah wajar, jika stadion itu disebut Bird Nest Building atau Niao Chiao dalam bahasa China yang berarti sarang burung. “Karena bentuknya mirip sarang burung walet, warga Beijing juga menyebutnya Stadion Sarang Burung,’’ ujar Fung-fung, tour guide lokal Beijing. Sebelum tiba di dalam komplek stadion, saya terlebih dahulu melalui sebuah lapangan (plaza) yang amat luas.
Bak plaza Benteng Kuto Besak, plaza Stadion Sarang Burung juga dipadati warga yang sekedar membunuh waktu atau sengaja ingin menikmati megah dan cantiknya stadion itu. Kondisi angin kencang yang dinginnya dengan suhu berkisar 1-7 derajat Celcius, menyebabkan warga harus memakai jaket tebal, syal, penutup kepala, hingga sarung tangan. Walau gerak jadi terbatas, tak mengurangi antusias warga foto-foto di depan stadion unik tersebut.


Di dekat Stadion Sarang Burung, juga berdiri sejumlah gedung megah, mulai dari Pusat Akuatik Nasional, Gedung Pertemuan, hingga Gedung Budaya Wukesong Beijing. Secara keseluruhan, lokasi stadion nasional tersebut dikenal dengan nama Taman Olympiade. Menurut informasi, pemerintah China harus mengeluarkan Rp 19 Triliun untuk membangun kawasan tersebut. “Untuk musim liburan saat ini (pergantian musim dingin ke semi, red), kawasan ini dikunjungi 20 ribu orang perhari. Kalau musim liburan pada awal Juli (musim panas, red), jumlah pengunjung lebih banyak lagi. Mulai dari turis lokal hingga asing,’’ papar Fung-fung.
Selain venuesnya mampu menjadi objek kunjungan turis, pasca gelaran Asian Games dan Olympiade, kata Fung-fung, kecintaan warga China pada olahraga semakin besar. Pemerintah memfasilitasinya gairah berolahraga itu, dengan membangun sejumlah sarana olahraga yang baik. Mulai dari lapangan bola, futsal, dan atletik di masing-masing kawasan, hingga sarana fitness gratis di setiap apartemen.
Sehingga menjadi pemandangan umum, jika tampak antrean warga di Beijing yang hendak berolahraga. Secara khusus saya memberikan nilai plus bagi fasilitas fitness gratis yang dibangun di masing-masing apartemen.



Memang pemerintah Beijing dan sejumlah kota besar di China, melarang warganya memiliki rumah dan tanah. Semuanya tinggal di apartemen. Dengan fasilitas fitness yang lengkap dan gratis, kapan saja warga Beijing bisa berolahraga. “Malah saya pernah karena tidak bisa tidur di malam hari, menghabiskan waktu untuk berolahraga fitness sendirian. Soal keamanan, jangan khawatir karena disini (Beijing, red) tak sama dengan Jakarta,’’ papar Fung-fung.
Dukungan pemerintah China bagi warganya untuk giat berolahraga berbuah manis, dengan kian superiornya atlet negara yang juga disebut Tiongkok itu dalam percaturan olahraga di dunia. “Kami ada 2 atlet basket yang main di NBA (liga bola basket AS, red), salah satunya Yao Ming. Kalau bulutangkis tak perlu ditanya lagi. Apakah ada atlet bola basket Indonesia yang main di NBA?” tanya Fung-fung. Pertanyaan Fung-fung langsung dijawab saya dengan gelengan kepala.
Nah, kisah sukses China menggelar Asian Games dan Olympiade yang berbuah manis dengan majunya olahraga di Negeri Tirai Bambu tersebut, sedikit banyak bisa ditiru Indonesia, atau Sumsel khususnya, dengan menggelar dan mensukseskan SEA Games 2011 pada 11 November nanti. Dengan suksesnya gelaran even SEA Games, kita berharap akan menularkan “virus sukses” pada dunia olahraga kita. Dengan berjayanya dunia olahraga Indonesia, rasa bangga menjadi warga Indonesia akan kembali tumbuh dan kuat. Semoga…(**)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar