Minggu, 17 Juni 2012
Disiplin, Gingseng, hingga Kimchi
Dalam lima tahun terakhir warga disini, khususnya ABG, terkena demam Korea. Mulai dari music, gaya fashion hingga sampai makanan khas Korea, Kimchi (sejenis asinan, red) pun kini digandrungi kaum muda disini. Nah, Februari 2012 lalu saya mendapat kesempatan langka melongok langsung polah hidup warga Korea langsung dari tanahnya. Selain yang sudah mendemami Indonesia, ternyata banyak hal yang patut kita tiru, tapi tak sedikit pula yang sebaiknya kita hindari.
Pertama kali mendarat di Incheon Airport, sebuah bandara nan megah di Seoul, Palembang Pos sudah disuguhi pelajaran pertama dari warga Korea. Mulai dari bandara, sepanjang jalan hingga ke pusat kota, tak secuilpun saya menemukan sampah. Rupanya disiplin untuk hidup bersih sudah benar-benar menjadi budaya keseharian warga Korea. Bagi mereka, bersih itu harga mati.
Menurut Che-Eon, guide asli Korea yang fasih berbahasa Indonesia, budaya hidup bersih tumbuh dari kedisiplinan warga Korea mematuhi aturan. “Warga disini patuh dengan hukum. Mereka takut melanggar aturan, termasuk juga soal sampah. Karena sekali ketahuan saja membuang sampah di jalan, mereka memberi hukuman denda hingga 40 ribu Won atau setara 300 ribu rupiah. Belum lagi ancaman hukuman penjaranya,’’ tegas Che-Eon.
Selain soal kebersihan, saya melihat sendiri warga Korea begitu disiplin dalam hal berlalu lintas. Mereka tidak akan menyeberang jalan, kalau lampu tanda menyeberang tidak berwarna hijau. Bahkan saat di jalan tidak ada kendaraan di malam hari sekalipun, mereka tetap patuh dengan aturan itu. Karena seperti biasa, jika kepergok polisi, hukuman langsung jatuh.
Sebagai catatan, penegak hukum di Korea juga tak bisa disogok. “Soalnya pernah kejadian ada polisi Korea yang bermain, dan dia dilaporkan oleh warga ke pemerintah. Akibatnya, polisi itu kena sanksi tegas. Saking tegasnya hukum disini, mantan Presiden Korea, Chun Doo Hwan dan Roh Tae Woo, tak kebal hukum. Mereka sempat mendekam di penjara karena kasus korupsi,’’ ungkap Che-Eon.
Disiplin waktu juga menjadi catatan khusus di Korea. Khidupan sehari-hari disini betul-betul tegas dengan disiplin waktu. Bahkan pernah terjadi hanya karena telat beberapa menit saja, 12 turis Indonesia ditinggal terbang oleh pesawat Korea. Karena saat para turis tiba di pintu kedatangan, pintu pesawat sudah ditutup.
“Padahal jika mereka memperbolehkan turis Indonesia itu naik pesawat dan duduk, paling hanya terbulang beberapa menit. Tapi karena disiplin waktu, mereka lebih memilih tak membuka pintu dan mengeluarkan koper-koper turis Indonesia yang justru menghabiskan waktu setengah jam lebih,’’ ujar Che-Eon yang selama mendampingi saya dan rombongan tampak juga ketat dengan waktu.
Pelajaran lainnya warga Korea sadar dengan kesehatan. Bagi mereka rasa tak penting jika dibandingkan kesehatan yang bisa didapat. Sehingga tidak berlebihan jika kebanyakan menu di Korea padat gizi dan sehat. Semisal Kimchi. Asinan yang bisa dibuat dari sayuran, buahan dan daging itu, begitu digandrungi oleh warga Korea.
“Memang rasanya tidak enak, tapi Kimchi terbukti kaya manfaat bagi kesehatan. Sebagai bukti saat wabah penyakit SARS melanda beberapa tahun lalu di Jepang dan China yang hanya butuh 1 jam lebih terbang dari Korea, penyakit itu tak berjangkit di sini. Kimchi terbukti meningkatkan kekebalan tubuh. Kini Kimchi menjadi makanan sehari-hari. Selain mudah dibuatnya, juga tahan lama. Bahkan hingga berbulan-bulan,’’ papar Che-Eon.
Selain Kimchi, makanan sehat lainnya di Korea adalah Gingseng. Soal Gingseng tak perlu dikupas lebih jauh, karena manfaatnya sudah dipercaya hingga ribuan tahun. Mulai dari Paus Jhon Paul II, Ratu Elizabeth II hingga Keluarga Kaisar Akihito, sudah membuktikan keunggukan Gingseng Korea yang tak bisa ditemui di tempat lain.
Selain yang patut kita tiru, ada juga polah warga Korea yang tak lazim di Indonesia. Banyak anak muda di Korea memilih tidak beragama. Keyakinan mereka hanya pada diri sendiri. “Menurut mereka agama itu bukan hal yang penting. Sebuah negara banyak orang beragama, tapi banyak juga orang jahat. Sedang disini banyak yang tak beragama, tapi banyak orang baik,’’ ungkap Che-Eon yang mengaku jujur memilih tak beragama ini.
Satu lagi yang tak patut ditiru dari polah warga Korea kini, yakni kebebasan mereka mengungkapkan berekspresi di muka umum. “Anak muda disini benar-benar mengacu ke Amerika. Mereka tak segan-segan berciuman di muka umum. Kami anggap itu hal biasa,’’ tukas Che-Eon. (**)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar