Minggu, 17 Juni 2012
Winter Sonata jadi Tujuan Wisata
Selama kunjungan ke Korea Februari 2012 lalu, saya benar-benar dibuat takjub dengan penggarapan objek wisata yang dilakukan oleh pemerintah setempat. Selain menata objek wisata alami seperti ski resort hingga yang modern seperti Lotte World, pemerintah Korea juga mampu menjadikan lokasi syuting drama Korea sebagai objek memancing turis. Salah satunya lokasi syuting Winter Sonata di Pulau Nami.
Untuk urusan menata wisata, Korea tidak perlu diragukan lagi. Bagaimana tidak, negeri yang hingga kini statusnya perang dengan Korea Utara itu benar-benar menjadikan wisata sebagai sarana pemasukan negara, selain indusri tentunya. Soalnya, Korea tidak bisa mengandalkan diri pada sumber daya alam yang amat minim. Negara yang 70 persen didominasi gunung batu itu, minus minyak bumi dan sangat tergantung dengan pasokan minyak dunia.
Sehingga penataan objek-objek wisata di Korea benar-benar dilakukan dengan amat padu. Beragam layanan yang bisa membuat turis nyaman dibuat di sejumlah ojek wisata. Mulai hotel, rumah makan, money changer, hingga layanan lainnya. Sehingga jika sudah menikmati wisata di Korea, dipastikan sang turis ingin kembali lagi ke negeri tersebut.
Selain itu, pemerintah Korea tahu benar memanfaatkan film Korea yang begitu mendunia menjadi salah satu trik menarik wisatawan. Sebut saja dua drama fenomenal Endless Love dan Winter Sonata. Phoenix Park Resort yang menjadi lokasi syuting Endless Love, drama haru biru yang diperankan Song Seung Hun dan Song Hye Kyo, dijadikan penarik turis, selain ski resortnya. Kebetulan Hotel Phoenix Park Resort menjadi tempat Palembang Pos menginap selama di kawasan resort yang ada di Kwangwon-do tersebut.
Lokasi syuting yang jadi objek utama wisata turis, terlebih lagi kaum hawa asal Indonesia, adalah Pulau Nami. Pulau yang lokasinya di Chuncheon-si, Provinsi Gwangwon-do, pada tahun 2002 silam menjadi lokasi syuting drama Winter Sonata.
Di pulau yang terdapat makam Jenderal Nami, salah seorang jenderal muda Korea di masa dahulu, akting Kang Jun-sang dan Jung Yu-jin mampu menyihir fans di berbagai negara asia, terutama Jepang, China, Thailand dan Indonesia.
Saat saya berkunjung ke Pulau Nami, suasana musim dingin masih terasa, walau sudah mulai menginjak musim semi. Es yang menutupi pepohonan baru mencair, dan suhu masih dikisaran minus 4 derajat. Bisa dibayangkan dinginnya kawasan Pulau Nami. Tapi suasana yang dingin tidak membuat peminat Winter Sonata mengurungkan niatnya, untuk berpose di depan patung Kang Jun-sang dan Jung Yu-jin.
“Turis Indonesia yang kebanyakan wanita, lebih memilih berwisata ke Pulau Nami. Memang yang hobi drama Winter Sonata kebanyakan ibu-ibu ya,’’ ujar Che-Eon, guide yang mengantar Palembang Pos dan rombongan ke pulau tersebut.
Selain ke Pulau Nami dan berski-ria di Phoenix Park Resort, daerah wisata lain yang sempat saya kunjungi selama di Korea yakni Gwongeumsung Fortress Hill dan patung Budha setinggi 18 meter di Mount Sorak. Dengan menaiki cable car, Palembang Pos menapaki dinginnya salju puncak tertinggi dari rangkaian Pegunungan Taebaek terletak di Provinsi Gangwon. Menariknya di puncak Mount Sorak, ada café yang menyajikan minuman andalan kopi Mandailing. Terpampang jelas karung goni kopi bertuliskan Indonesia di kafe tersebut.
Objek wisata sejarah pun sempat saya kunjungi selama di Korea. Salah satunya Gyeongbok Palace, yang ada di Seoul. Istana yang merupakan versi kecil dari istana di Forbiden City Beijing ini, didirikan oleh Jeong do jeon, seorang arsitek. Istana ini hancur pada saatinvasi Jepang ke Korea tahun 1592-1598 dan dibangun lagi selama tahun 1860-an dengan 330 buah komplek bangunan dengan 5.792 kamar. Berdiri di wilayah seluas 410.000 meter persegi, Istana Gyeongbok adalah simbol keagungan kerajaan dan rakyat Korea.
Selama di Korea, saya tak lupa menjajal atraksi adrenalin di Lotte World, sebuah kompleks rekreasi yang sangat terkenal dan popular di Seoul. Tempat ini terdiri dari taman bermain didalam ruangan (indoor) terbesar di dunia (hingga masuk dalam Guinness World Record).
Lotte World ini terbuka sepanjang tahun, selain taman bermain indoor juga terdapat taman bermain di luar ruangan (outdoor) taman hiburan tersebut disebut dengan sebutan ”Magic Island”, sebuah pulau buatan di tengah-tengah danau yang dihubungkan dengan jalur monorail. Kunjungan Palembang Pos di Korea ditutup dengan tour ke Ametyhs & Gingseng Shop, belajar membuat Kimchi dan mencoba pakaian khas Korea, Hanbok. (**)
Disiplin, Gingseng, hingga Kimchi
Dalam lima tahun terakhir warga disini, khususnya ABG, terkena demam Korea. Mulai dari music, gaya fashion hingga sampai makanan khas Korea, Kimchi (sejenis asinan, red) pun kini digandrungi kaum muda disini. Nah, Februari 2012 lalu saya mendapat kesempatan langka melongok langsung polah hidup warga Korea langsung dari tanahnya. Selain yang sudah mendemami Indonesia, ternyata banyak hal yang patut kita tiru, tapi tak sedikit pula yang sebaiknya kita hindari.
Pertama kali mendarat di Incheon Airport, sebuah bandara nan megah di Seoul, Palembang Pos sudah disuguhi pelajaran pertama dari warga Korea. Mulai dari bandara, sepanjang jalan hingga ke pusat kota, tak secuilpun saya menemukan sampah. Rupanya disiplin untuk hidup bersih sudah benar-benar menjadi budaya keseharian warga Korea. Bagi mereka, bersih itu harga mati.
Menurut Che-Eon, guide asli Korea yang fasih berbahasa Indonesia, budaya hidup bersih tumbuh dari kedisiplinan warga Korea mematuhi aturan. “Warga disini patuh dengan hukum. Mereka takut melanggar aturan, termasuk juga soal sampah. Karena sekali ketahuan saja membuang sampah di jalan, mereka memberi hukuman denda hingga 40 ribu Won atau setara 300 ribu rupiah. Belum lagi ancaman hukuman penjaranya,’’ tegas Che-Eon.
Selain soal kebersihan, saya melihat sendiri warga Korea begitu disiplin dalam hal berlalu lintas. Mereka tidak akan menyeberang jalan, kalau lampu tanda menyeberang tidak berwarna hijau. Bahkan saat di jalan tidak ada kendaraan di malam hari sekalipun, mereka tetap patuh dengan aturan itu. Karena seperti biasa, jika kepergok polisi, hukuman langsung jatuh.
Sebagai catatan, penegak hukum di Korea juga tak bisa disogok. “Soalnya pernah kejadian ada polisi Korea yang bermain, dan dia dilaporkan oleh warga ke pemerintah. Akibatnya, polisi itu kena sanksi tegas. Saking tegasnya hukum disini, mantan Presiden Korea, Chun Doo Hwan dan Roh Tae Woo, tak kebal hukum. Mereka sempat mendekam di penjara karena kasus korupsi,’’ ungkap Che-Eon.
Disiplin waktu juga menjadi catatan khusus di Korea. Khidupan sehari-hari disini betul-betul tegas dengan disiplin waktu. Bahkan pernah terjadi hanya karena telat beberapa menit saja, 12 turis Indonesia ditinggal terbang oleh pesawat Korea. Karena saat para turis tiba di pintu kedatangan, pintu pesawat sudah ditutup.
“Padahal jika mereka memperbolehkan turis Indonesia itu naik pesawat dan duduk, paling hanya terbulang beberapa menit. Tapi karena disiplin waktu, mereka lebih memilih tak membuka pintu dan mengeluarkan koper-koper turis Indonesia yang justru menghabiskan waktu setengah jam lebih,’’ ujar Che-Eon yang selama mendampingi saya dan rombongan tampak juga ketat dengan waktu.
Pelajaran lainnya warga Korea sadar dengan kesehatan. Bagi mereka rasa tak penting jika dibandingkan kesehatan yang bisa didapat. Sehingga tidak berlebihan jika kebanyakan menu di Korea padat gizi dan sehat. Semisal Kimchi. Asinan yang bisa dibuat dari sayuran, buahan dan daging itu, begitu digandrungi oleh warga Korea.
“Memang rasanya tidak enak, tapi Kimchi terbukti kaya manfaat bagi kesehatan. Sebagai bukti saat wabah penyakit SARS melanda beberapa tahun lalu di Jepang dan China yang hanya butuh 1 jam lebih terbang dari Korea, penyakit itu tak berjangkit di sini. Kimchi terbukti meningkatkan kekebalan tubuh. Kini Kimchi menjadi makanan sehari-hari. Selain mudah dibuatnya, juga tahan lama. Bahkan hingga berbulan-bulan,’’ papar Che-Eon.
Selain Kimchi, makanan sehat lainnya di Korea adalah Gingseng. Soal Gingseng tak perlu dikupas lebih jauh, karena manfaatnya sudah dipercaya hingga ribuan tahun. Mulai dari Paus Jhon Paul II, Ratu Elizabeth II hingga Keluarga Kaisar Akihito, sudah membuktikan keunggukan Gingseng Korea yang tak bisa ditemui di tempat lain.
Selain yang patut kita tiru, ada juga polah warga Korea yang tak lazim di Indonesia. Banyak anak muda di Korea memilih tidak beragama. Keyakinan mereka hanya pada diri sendiri. “Menurut mereka agama itu bukan hal yang penting. Sebuah negara banyak orang beragama, tapi banyak juga orang jahat. Sedang disini banyak yang tak beragama, tapi banyak orang baik,’’ ungkap Che-Eon yang mengaku jujur memilih tak beragama ini.
Satu lagi yang tak patut ditiru dari polah warga Korea kini, yakni kebebasan mereka mengungkapkan berekspresi di muka umum. “Anak muda disini benar-benar mengacu ke Amerika. Mereka tak segan-segan berciuman di muka umum. Kami anggap itu hal biasa,’’ tukas Che-Eon. (**)
Langganan:
Postingan (Atom)