Sabtu, 02 Januari 2010

Dari Wat Pho hingga patung Budha tidur



Thailand memang dikenal sebagai negeri yang kaya dengan objek wisata menarik. Tak hanya objek wisata alam, negeri gajah putih ini juga bertabur objek wisata sejarah, salah satunya Candi Wat Pho yang terkenal dengan patung Budha tidurnya.
Bersama kontingen wartawan Sumsel, Putri Sumsel dan KONI Sumsel, Desember lalu saya berkesempatan menjejaki sisi eksotis Candi Wat Pho dan patung Budha tidurnya. Letak komplek Candi Wat Pho tidak terlalu jauh dengan Grand Palace, istana Raja Thailand, Bhumibol Adulyadej. Dari gerbang Grand Palace, kita hanya butuh 30 menit berjalan kaki di trotor gerbang candi megah tersebut.
Saat menapaki kaki ke dalam komplek candi yang dibangun pada abad 16 itu, saya sudah menemui ramainya orang yang ingin menyaksikan keindahan Wat Pho dan patung Budha tidur atau Reclaining Budha.



Sebelum memasuki kuil tempat patung Budha tidur, terlebih dahulu saya mengarahkan kaki ke sejumlah kuil yang berornamen khas Thailand yakni ukiran bunga-bungan yang antik. Selain itu, patung-patung khas negeri Siam itu juga banyak terlihat di sekeliling kuil yang ada di dalam komplek Wat Pho.
Saking menakjubkannya keindahan kuil-kuil tersebut, tangan menjadi gatal untuk terus mengabadikan momen itu dalam sebuah foto. Setelah puas mengambil setiap sudut Wat Pho yang kerap disebut Rajanya Candi di Thailand tersebut, saya mengarahkan kaki memasuki kuil tempat patung Budha tidur. Tapi terlebih dahulu, pengunjung wajib membuka alas kaki sebelum masuk.



Untuk dapat memasuki kuil ini, setiap pengunjung dikenai biaya 50 bath 1 orang (1 bath = Rp 2500). Tapi karena masuk secara berombongan yang dikoordinir travel agent, saya tak perlu lagi merogoh kocek sendiri. Beberapa langkah ke dalam kuil yang agak gelap ini, saya terpana dengan sebuah patung Budha raksasa yang sedang dalam posisi tidur.
Patung Budha dari emas ini memiliki panjang 46 meter dengan tinggi 15 meter. Konon emas murni yang dipakai untuk membuat patung ini kabarnya mencapai 5,5 ton. Wah!! saya segera mengeluarkan kamera dan berkali-kali menjepret ke arah patung Budha tidur. Agak melangkah ke dalam, saya menemui semacam kotak sumbangan. Kotak ini memang sengaja disediakan untuk penyumbang.
Menariknya, uang kita diganti semangkuk koin dengan jumlah bervariasi. Dengan koin-koin itulah, pengunjung yang percaya dapat melakukan ritual Sadokoq atau membuang sial. Prosesi ritual itu yakni koin-koin satu persatu diletakkan ke dalam 108 mangkuk yang ada. Jika koinnya habis, maka diyakini yang bersangkutan terbebas dari nasib sial atau keinginannya dapat terkabul. ”Memang banyak pengunjung ke sini untuk membuang sial, mendapat jodoh atau mengharapkan kenaikan pangkat,’’ ujar Imron, guide rombongan Sumsel asli Phatani, Thailand Selatan, yang mahir berbahasa Indonesia.



Selain patung Budha tidur, di komplek Wat Pho juga ada sedikitnya 1000 patung Budha berbagai macam pose. Patung itu disimpan dalam lemari-lemari kaca dan sekitar candi, yang dengan mudah dapat dinikmati pengunjung. Nah, jika sudah merasa letih mengelilingi Komplek Wat Pho, di belakang candi ini ada sebuah Sekolah Pijat Tradisional Thailand. Dengan bayaran 150-200 bath, siswa-siswa sekolah ini dapat memberikan pijatan ala biksu di sekujur tubuh kita selama 30 menit. Dijamin badan yang tadinya pegal-pegal, menjadi segar kembali. Namun sayangnya karena mepet waktu, saya tidak sempat menikmati pijatan khas para biksu Thailand. (**)