Rabu, 23 Desember 2009

Menikmati Vientiane dari atas Kolao 09


Bukannya mau meniru Ernesto Che Guevara, pejuang revolusi Argentina yang di kala muda berkeliling Amerika Latin dengan sepeda motor. Namun seperti itulah yang saya lakukan, saat mengunjungi Vientiane, Laos, 7-20 Desember lalu, untuk meliput SEA Games XXV 2009. Selama di ibukota negara berfaham Komunis itu, saya selalu setia di atas sepeda motor matic sewaan merek Kolao (Korea-Lao), mengunjungi sejumlah objek wisata Laos yang sangat eksotis.
Objek wisata di Vientiane yang pertama kali dijejaki roda-roda Kolaomatic 09 yang saya tunggangi yakni Patuxay Park atau lapangan kemerdekaan. Di lapangan yang terletak di jantung Vientiane, berdiri sebuah bangunan unik. Sebuah bangunan yang mirip sekali dengan Arc de Triomphe di Paris. Wajar, karena Laos sempat beberapa saat menjadi daerah jajahan Perancis.

Monumen yang dijuluki Champs Elysées dari Timur itu, dibangun antara 1962 dan 1968 untuk menghormati para pahlawan Laos yang berjuang membebaskan negeri itu dari penjajahan Perancis. Dari puncak monumen besar yang dapat dinaiki itu, kita menikmati suasana indah Patuxay Park yang berhadapan dengan gedung pemerintahan dan juga dihiasi air terjun menari. Yang menarik, di Patuxay Park Palembang Pos menemukan Gong Perdamaian yang merupakan sumbangan Indonesia. Monumen gong itu, ada di ujung Patuxay Park.
Puas menjelajahi Patuxay Park dengan beragam sisi eksotisnya, Kolaomatic 09 saya arahkan ke sebuah monumen kuno yang berada di dekat Kedubes AS. Ya, sebuah kuil kusam bernama That Dam. Saking kusamnya, kuil terbesar di Vientiane ini dijuluki Black Stupa.


Ada lagi kuil yang identik dengan Laos. Kuil bernama bernama That Luang itu menjadi ikon negeri seribu gajah itu. Hal ini tak berlebihan, karena selain sebagai pusat spiritual, That Luang menjadi simbol kemerdekaan Laos dan kedaulatan sejak zaman Lane Xang, beberapa ratus tahun yang lalu. Konon, di stupa That Luang dahulu kala ada stupa kecil dari emas murni. Namun stupa emas itu dijarah pada saat invasi Haw pada akhir abad ke-19
Tetap setia dengan Kolaomatic 09, saya menuju Sungai Mekong. Jangan bayangkan sungai ini seperti Musi di Palembang. Sebab di siang hari Mekong kurang enak dipandang mata, karena dihiasi gundukan pasir yang baru dikeruk. Suasana pinggiran Mekong mulai hidup di malam hari, saat di sepanjang jalan di sisi sungai itu dipenuhi pedagang kali lima. Saat itulah, Sungai Mekong mulai dibanjiri turis-turis asing.


Nah di pinggiran Sungai Mekong, sekitar 24 km dari Vientiane, ada sebuah taman yang dipenuhi ratusan patung-patung Budha dan Hindu. Oleh warga Laos, taman yang dikenal dengan nama Budha Park itu, disebut Xien Khuan atau Kota Arwah. Beragam karakter patung Budha dan cerita Hindu ada di taman ini. Yang paling menarik perhatian adalah patung Buddha posisi berbaring dengan satu tangan menyangga kepala.
Puas menikmati objek wisata sejarah, Kolaomatic 09 saya arahkan ke sentra cendera mata khas Laos, Market Morning. Lucunya warga Vientiane banyak yang tidak tahu saat ditanya Market Morning, walau tulisannya tertera besar-besar di pasar tersebut. Wajar saja, karena disini sangat minim yang bisa berbahasa Inggris dengan baik. Kalaupun bisa, hanya untuk percakapan dasar.
Di Market Morning, beragam cinderamata dapat kita dapatkan. Mulai dari kain khas Laos, gantungan kunci, baju bergambar gajah sebagai hewan nasional Laos, termasuk juga minyak kobra. Harganya juga beragam, ada yang mahal, tak sedikit pula yang miring. Enaknya, nilai mata uang Laos, Kip, sama dengan Rupiah. Sehingga tak pusing menghitung kurs, karena langsung bisa tawar menawar menggunakan kalkulator.



Satu lagi sisi menarik yang saya temukan di Laos. Untuk satu jenis barang, harga jualnya sama, apakah di mall (yang lebih mirip shoping centre daripada mall) atau pasar tradisional seperti Market Morning. Misalnya kerajinan kayu tempat pena dan kartu nama, baik di mall maupun Market Morning harganya sama, 40 ribu-50 ribu Kip. Harga itu masih bisa turun sedikit, tapi itu tergantung kepintaran pembeli menawar. Oke cinderamata sudah ada di tangan, saya beranjak meninggalkan Morning Market sambil mengucapkan salam khas warga Laos dan ucapan terima kasih, sabaidee......khop chai...lye...lye (baca: kopcai....lai...lai...)(**)